Luka Itu Masih Saja Membekas Lirik Lagu Mp3/Mp4 Chord Gitar

Luka Itu Masih Saja Membekas Lirik Lagu Mp3/Mp4 Chord Gitar
-lirik lagu benciku sangka sayang lirik
-lirik lagu benciku sangka sayang mp4
-lirik lagu benciku sangka sayang mp3
-lirik benciku sangka sayang mp4
-arti lagu benciku sangka sayang
-chord benciku sangka sayang chordtela
-download lagu sonia ku benciku sangka sayang
-lirik benciku sangka sayang lirik

Pagi telah menyongsong, semburat keoreng-oresan yang membentuk konfigurasi indah  membuat mata takjub dan tak hentinya bibir ini basah dengan mengangung-agungkan ciptaan-Nya

ketika mata memandang lepas kearah langit biru dengan percikan warna lain. Akankah fenomena indah pagi ini masih akan tetap sama untuk hari esok ?





sama halnya dengan luka yang telah merenggut kebahagiaan sesosok wanita kecil sehingga ia lupa manisnya kebahagiaan.
    Teg…Teg…Teg... hujan mengguyur sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian kota,hanya beratap daun rumbia, beralas tanah, berdinding kayu yang telah lapuk dimakan rayap dan istana kecoak beranak pinak sebuah desa yang tak tersentuh oleh tangan-tangan pemerintah.

Di desa yang terkesan asri  itulah Amira gadis kecil yang begitu lugu dibesarkan dalam keluarga yang kurang mampu dan sejak kecil telah tertancap dalam dirinya suatu karakter yang begitu tangguh dan mandiri tak kenal kata menyerah.

    Cahaya matahari menyelinap melalui celah-celah dinding kayu yang menyilauakan mata yang berhasil membangungkan Amira dalam tidurnya dan mengusir mimpi yang dengan setia menemaninya dalam dekapan malam yang hanya berlampu rembulan berbantal tangan dengan sehelai sarung yang membatu mengusir dinginnya malam.

Amira beranjak dari pembaringannya dengan wajah enggan sekilas ia melirik jam yang dengan setianya bertengger didinding rumah peninggalan neneknya.
    “ Ha…. Jam 6 sejak kapan aku bangun kesiangan gini ! Amira sontak kaget,heran, sekaligus merasa bersalah kepada ibunya.

 Ia telah gagal membatu ibunya membersihkan rumah padahal ibunya harus berangkat keladang jauh sebelum matahari terbit.
Ibu Amira adalah wanita yang pekerja keras, gesit dan telah  menjadi tulang punggung keluarga setelah ayah Amira meninggal dunia 3 hari setelah kelahiran Amira. 
  
    Brugh… brugh… brugh… suara yang begitu misterius, aneh, menakutkan itulah kesan untuk bunyi yang berasal dari kampung tengah  Amira.
Dengan langkah yang gontai tapi entah kenapa bunyi itu telah menyeretnya ke meja makan setengah hati Amira membuka penutup makanan yang tebuat dari daun pandan yang telah dikeringkan itu dengan raut muka takut kalau saja tak menemukan makanan didalamnya.
Ada setetes air segar yang terlihat dari raut wajahnya.

    “ wah….. ada ubi jalar yang kesepiaan nih lagi pengen ditemenin.  Cup-cup sayang  maaf ya aku harus memakanmu agar kamu menemukan pendamping didalam perutku .”

    Bahagia itu sederhana, kebahagian tidaklah dapat dibeli dengan uang,kebahagiaan bukanlah milik orang kaya saja tapi orang miskinpun dapat merasakannya.

Kebahagiaan itu berasal dari hati  yang suci dan  selalu bersyukur. Amira berusaha mencerna kata demi kata yang di ungkapkan oleh ustads yang tidak ia kenal itu, kalimat itu menggema di kepala Amira “ orang miskinpun dapat merasakannya “.

Tapi kenapa aku tidak pernah merasakan kebahagiaan malah sebaliknya penderitaanlah yang seringkali menghampiriku.” Pertanyaan itulah yang muncul dari kepala Amira.

    Walaupun amira masih berumur 5 tahun bukan berarti Amira hanya duduk bersantai diberandah rumah menunggu ibunya pulang kerumah  atau malah Amira asyik bermain bersama teman-teman sebayanya.

Hari-hari Amira diisi dengan berbagai macam pekerjaan mulai dari memberi makan ayam, membersihkan kotoran dan memberi vitamin.

Sejak Amira menginjak usia 4 tahun Amira bekerja di perusahaan ternak ayam milik Pak Tuo yang menjabat sebagai kepala desa yang tak pernah digaji oleh pemerintah dari hasil ternak ayam itulah sehingga Pak Tua dapat menghidupi keluarganya.
 Pak Tua sangatlah baik,alim,ramah,rendah hati dan dermawan itulah kesan Pak Tuo.